Jumat, 19 Juni 2009

Pendidikan Berbasis Hard Skill dan Soft Skill

Oleh : Drs. Ali Ibrahim Akbar
Harus disadari pendidikan di negeri ini masih berorentasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih bersifat mengembangkan intelligence quotient (IQ)
namun kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang tertuang dalam emotional intelligence (EQ) dan spiritual intelligence (SQ).
Lihat saja kurikulum dalam pembelajaran diberbagai sekolah bahkan perguruan tinggi lebih menekankan pada perolehan nilai hasil ulangan maupun nilai hasil ujian. Banyak Guru/Dosen yang memiliki persepsi bahwa peserta didik yang memiliki kompetensi yang baik adalah memiliki nilai hasil ulangan/ujian yang tinggi. Maka tak heran Ujian Nasional (UN) sering dijadikan acuan dalam keberhasilan siswa. Padahal belum tentu benar.
Seiring perkembangan jaman, pendidikan yang hanya berbasiskan hard skill yaitu menghasilkan lulusan yang hanya memiliki prestasi dalam akademis, kini tak relevan lagi. Sekarang pembelajaran juga harus berbasis pada pengembangan soft skill (interaksi sosial) sebab ini sangat penting dalam pembentukan karakter anak bangsa sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.
Pendidikan soft skills bertumpu pada pembinaan mentalitas agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan realitas kehidupan. Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill) saja, tetapi juga oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill).
Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill.
Apa itu “Soft Skill”?
Sebenarnya dalam kurikulum KTSP berbasis kompetensi jelas dituntut muatan soft skill. Namun penerapannya tidaklah mudah sebab banyak tenaga pendidik tak paham apa itu soft skill dan bagaimana penerapannya ? Soft skill merupakan bagian ketrampilan dari seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Dikarenakan soft skill lebih mengarah kepada ketrampilan psikologis maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan.
Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, membantu orang lain dan lainnya. Keabstrakan kondisi tersebut mengakibatkan soft skill tidak mampu dievaluasi secara tekstual karena indikator-indikator soft skill lebih mengarah pada proses eksistensi seseorang dalam kehidupannya. Pengembangan soft skill yang dimiliki oleh setiap orang tidak sama sehingga mengakibatkan tingkatan soft skill yang dimiliki masing-masing individu juga berbeda.
Penerapan dan Membentuk Karakter
Keterpurukan mental dan moralitas sebagian pemimpin atau generasi bangsa ini dikarenakan kurangnya pendidikan soft skill. Adanya korupsi, narkoba, sek bebas, ugal-ugalan dan sebagainya merupakan akibat dari sedikitnya sentuhan atau pengembangan terhadap EQ dan SQ yang menjadi bagian soft skill. Pembelajaran berbasis soft skill sangat berperan membentuk karakter peserta didik dan ini akan terbawa hingga terjun berinteraksi kedalam masyarakat.
Melihat sangat pentingnya soft skill, maka sudah menjadi kewajiban Guru/Dosen mulai menerapkan pendidikan soft skill. Pendidikan soft skill tidak seharusnya melalui satu mata pelajaran khusus saja, melainkan diintegrasikan melalui semua mata pelajaran yang sudah ada atau dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Misalnya; pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa.
Kemudian, mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari dengan melibatkan komponen utama pembelajaran. Yaitu, konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi dan penilaian yang sebenarnya. Komponen tersebut dapat diterapkan dalam kelas maupun diluar kelas dengan beberapa pendekatan pengajaran yaitu; Pengajaran autentik, Belajar berbasis layanan, Pengajaran berbasis Inquiri, Belajar berbasis masalah, Belajar berbasis proyek/tugas terstruktur, Belajar berbasis kerja dan Belajar kooperatif .
Dengan diterapkannya pendidikan soft skill secara otomatis akan mendorong siswa berkemauan belajar, bekerjasama, berkomunikasi, kreatif, berpikir kritis, memecahkan masalah, memimpin, mengembangkan diri, saling berinteraksi serta keahlian lainnya. Secara perlahan tapi pasti akan membentuk karakter siswa kearah yang lebih positif.
Tuntutan Pasar Kerja
Sekolah tinggi-tinggi selain untuk memperoleh pendidikan, wawasan, pengetahuan, menciptakan lapangan kerja dan juga untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Jadi tidak hanya pendidikan hard skill yang dibutuhkan, justru harus diimbangi dengan bekal soft skill. Banyak perusahaan atau pengguna tenaga lulusan perguruan tinggi yang mengeluhkan karena mutu lulusan lebih mengandalkan kemampuan nilai akademis yang tinggi (hard skill) daripada soft skill.
Alhasil dalam bekerja mereka tidak tangguh, bertabiat seperti kutu loncat, tidak dapat bekerja sama, cepat bosan, kurang jujur, tidak memiliki integritas, kurang rasa humor dan tak bisa berinteraksi dengan orang lain. Sepertinya, apa yang diberikan di bangku kuliah/sekolah tidak lagi sesuai dengan apa yang dibutuhkan di lapangan kerja. Sebagian besar mata kuliah yang diajarkan, bisa dibilang berupa keterampilan keras (hard skill). Padahal, banyak bukti yang menunjukkan bahwa penentu kesuksesan justru keahlian yang tergolong lunak (soft skill).
Ketidaksinerjian antara hard skill dan soft skill, harus segera diatasi, antara lain dengan memberikan bobot yang lebih kepada pengembangan soft skill. Para pendidik baik di sekolah dan terlebih-lebih pada pendidikan tinggi, diharapkan mengembangkan soft skill, baik melalui intrakurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Sehingga akan tercipta lulusan yang tangguh dalam hard skill sekaligus soft skill. Jika tidak, lulusan perguruan tinggi akan semakin banyak yang menganggur karena tak sesuai dengan kebutuhan pasar. Percuma banyak lulusan dari berbagai disiplin ilmu yang di hasilkan tiap tahun dari setiap jenjang pendidikan, namun belum mampu memberikan kontribusi yang berarti.
Saatnya Guru, Dosen maupun tenaga pendidik menerapkan pendidikan/pembelajaran berbasis hard skill dan soft skill yang mencakup pengembangan IQ, EQ dan SQ. Hal ini sangat penting dan mendesak sebab di negara ini banyak orang yang pintar tapi sebagian kerjanya hanya untuk mintar-mintari yang lain dan membodohi rakyat. Dengan diterapkannya hard skill dan soft skill kelak akan menghasilkan generasi yang cerdas, jujur, berakhlak mulia, bermoral, beriman, bertakwa, berbudi pekerti, beretika, sopan santun dan peduli terhadap sesama manusia maupun lingkungan.
Inilah formula yang tepat dalam menghasilkan karakter bangsa yang bermartabat ditengah terpuruknya moralitas bangsa ini. Secara perlahan tapi pasti karakter budaya koruptif akan terkikis. Alangkah bahagianya dan maju jika bangsa ini dipimpin, diisi oleh orang-orang yang memiliki kecerdasan hard skill (IQ) dan soft skill (EQ dan SQ). Mari kita terapkan bersama. Ingat ! Pendidikan garda terdepan kunci kesuksesan pembangunan bangsa dan negara.***
Penulis adalah Direktur Bt/Bs IPTN Tanjung Morawa, Direktur Sumber Daya Insani (SDI) Yayasan Pondok Pesantren Hidayatullah, Mahasiswa Pascasarjana Administrasi Pendidikan UNIMED, Konsultan Pendidikan bangaliakbar@yahoo.co.id

1 komentar:

  1. selamat... akhirnya bisa membuat blog....

    kalau mau membuat blog di wordpress.com mbak.. ada juga nih panduannya...

    www.ridwanaz.com/teknologi/blog/langkah-panduan-cara-membuat-blog-di-wordpress

    BalasHapus